Minggu, 14 Januari 2018

Tips Sederhana Membuat Cerita

Tips dalam membuat sebuah cerita, agar menarik dan memberikan kesan tersendiri bagi pembacanya. Semoga bisa bermanfaat untuk sahabat semuanya.

Tips ini sudah lama tersimpan dalam file pribadi, Bang Mimin. Tentunya dari hasil mencari dari segala sumber yang menjadi pegangan Bang Mimin selama ini. Jadi apa salahnya kalau kita berbagi.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat sebuah cerita atau novel, di antaranya:

1. Isi Pesan Dalam sebuah cerita.

Sebuah cerita atau cerpen, novel, dan sebagainya. Adalah satu kesatuan kisah atau pemaparan situasi kehidupan. Dalam konteks sebuah cerita, isi atau pesan adalah hal di mana cerita itu akan selalu dikenang oleh para pembacanya. Seperti contoh:
Cerita Malinkundang, Siti Nurbaya, dan lainnya.

Dari hasil membaca sebuah cerita, tentunya pesan dan kesan yang akan selalu diingat oleh pembaca. Moral cerita adalah ruh, spirit, sosok imajiner yang tersebar secara merata, utuh, pada semua elemen cerita; Karakter, setting, konflik & resolusi.

Bahasa adalah sosok fisik cerita, moral/pesan adalah sosok psikisnya. Moral ada tapi tidak teraba.

2. Sebuah Cerita itu terbuka atau terus terang.

Seperti dalam ketegorinya, bahwa sebuah cerpen atau cerita adalah merupakan sebuah bentuk prosa, atau lebih tepatnya prosa naratif. Prosa berasal dari bahasa latin ‘prosa’ yang artinya ‘terus terang’, di mana bahasa yang dipakai lebih sesuai dengan arti leksikalnya.

Cat In The Rain karya Heminway contohnya, atau kisah Malinkundang tadi. Mustahil menemukan kalimat puitis atau multitafsir di dalamnya.

Kalimatnya mengalir lugas, sederhana, dan tidak bertendensi menyembunyikan makna lain di luar arti leksikalnya.Sebagai pembaca, tentunya kita ingin membaca sebuah cerita atau kisah, yang meski fiktif, tidak beda jauh dengan kenyataan yang kita temui.

Seorang pembaca ingin fokus pada alur cerita, tidak mau direpotkan lagi dengan keharusan menafsirkan makna tersembunyi di balik teks cerita.

Penyair yang beralih menjadi cerpenis, sering didapati melakukan ‘manipulasi’ semacam ini. Meskipun terkadang ada beberapa buah cerita yang di dalamnya terdapat sebuah kisah drama melankolis yang mengharuskan ada unsur puitis.

Namun, dalam hal nariasi atau pemaparan sebuah cerita, seorang pembaca akan lebih asyik menyimak dalam segi bahasa yang lugas dan jelas atau terus terang itu, tanpa harus menfsirkan isi dari sebuah narasi cerita. Jadi, pakailah bahasa terus terang yang umum dipahami khalayak.

3. Perbanyak dialog.

Dalam sebuah penelitian, yang pernah Bang Mimin baca. Bahwa porsi dialog berbanding narasi dalam sebuah cerpen atau pun novel berkisar 80 % : 20 %.

Pembaca menyukai karakter berdialog dengan sesamanya. Karena pembaca seakan merasa dilibatkan dalam cerita tersebut.

Cerita lebih hidup dengan adanya interaksi dialog antar tokoh, sehingga membaca sebuah cerita akan menjadi sebuah pengalaman yang mirip dengan menonton drama atau sinema atau pun film secara langsung.

Narasi, umumnya diselipkan sekedar pengantar transisi antar adegan atau pun dialog antar tokoh. Semisal, si tokoh hendak menyambangi seseorang atau akhir dari dialog si tokoh sedang melakukan apa. Sehingga sebuah cerita akan lebih terasa hidup, dan pembaca seakan terbawa oleh situasi para tokoh dalam cerita.

Pembaca bisa menjadi pasif oleh sebab kebanyakan narasi, di mana kisah melulu diceritakan oleh narator (penulis). Sehingga yang ada jenuh duluan.

Penulis yang baik ibarat sutradara di belakang layar, tidak boleh berjejak di dalam cerita. Biarkan karakter berinteraksi dengan pembaca lewat dialog-dialognya.

4. Akhir cerita atau sering dikenal dengan Twist Ending.

Ini resep menulis yang tak pernah basi. Sebuah kejutan, atau akhir yang tak terduga dari sebuah cerita. Sehingga memberikan jejak dalam ingatan pembaca.

Coba anda ingat-ingat kembali cerpen yang pernah dibaca. Dua cerita di atas yang terbersit hampir pasti diakhiri kejutan.

The Necklace karya Guy de Maupasant, atau kisah Malinkundang tadi, contoh yang bagus bagaimana kejutan yang sempurna mengakhiri sebuah cerita atau kisah.

Sempurna karena pembaca tidak bisa menduga, namun menerima kejutan itu masuk diakal, tidak klise, apalagi diada-adakan atau pun kesan dan pesan di dalamnya.

Tanpa kejutan di akhir cerita, ibarat sayur tak bergaram. Hindari akhir cerita yang datar, apalagi mengambang. Pembaca sering menyukai sebuah kejutan, sehingga akan berkata, "Oh ..., ternyata ...." Sehingga akan membekas dalam ingatan setiap pembacanya.

Sekian sedikit tips dari Bang Mimin, semoga bisa memberikan manfaat untuk sahabat semua. Yuk, kita coba untuk membuat sebuah cerita yang berkualitas, sehingga memberikan jejak yang sangat berarti bagi para pembaca. Jika ada kekuranga dalam info ini, hanyalah sebuah kekurangan dari Bang Mimin dalam memaparkan sebuah tips.

Akhir kata, salam semangat sukses selalu untuk sahabat semua ... kalian istimewa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar