Tips dalam membuat sebuah cerita, agar menarik dan memberikan kesan
tersendiri bagi pembacanya. Semoga bisa bermanfaat untuk sahabat semuanya.
Tips ini sudah lama tersimpan dalam file pribadi, Bang Mimin. Tentunya dari
hasil mencari dari segala sumber yang menjadi pegangan Bang Mimin selama ini.
Jadi apa salahnya kalau kita berbagi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat sebuah cerita atau novel, di
antaranya:
1. Isi Pesan Dalam sebuah cerita.
Sebuah cerita atau cerpen, novel, dan sebagainya. Adalah satu kesatuan kisah
atau pemaparan situasi kehidupan. Dalam konteks sebuah cerita, isi atau pesan
adalah hal di mana cerita itu akan selalu dikenang oleh para pembacanya.
Seperti contoh:
Cerita Malinkundang, Siti Nurbaya, dan lainnya.
Dari hasil membaca sebuah cerita, tentunya pesan dan kesan yang akan selalu
diingat oleh pembaca. Moral cerita adalah ruh, spirit, sosok imajiner yang
tersebar secara merata, utuh, pada semua elemen cerita; Karakter, setting,
konflik & resolusi.
Bahasa
adalah sosok fisik cerita, moral/pesan adalah sosok psikisnya. Moral ada tapi
tidak teraba.
2. Sebuah Cerita itu terbuka atau terus terang.
Seperti dalam ketegorinya, bahwa sebuah cerpen atau cerita adalah merupakan
sebuah bentuk prosa, atau lebih tepatnya prosa naratif. Prosa berasal dari
bahasa latin ‘prosa’ yang artinya ‘terus terang’, di mana bahasa yang dipakai
lebih sesuai dengan arti leksikalnya.
Cat In The Rain karya Heminway contohnya, atau kisah Malinkundang tadi.
Mustahil menemukan kalimat puitis atau multitafsir di dalamnya.
Kalimatnya mengalir lugas, sederhana, dan tidak bertendensi menyembunyikan
makna lain di luar arti leksikalnya.Sebagai pembaca, tentunya kita ingin
membaca sebuah cerita atau kisah, yang meski fiktif, tidak beda jauh dengan
kenyataan yang kita temui.
Seorang pembaca ingin fokus pada alur cerita, tidak mau direpotkan lagi dengan
keharusan menafsirkan makna tersembunyi di balik teks cerita.
Penyair yang beralih menjadi cerpenis, sering didapati melakukan ‘manipulasi’
semacam ini. Meskipun terkadang ada beberapa buah cerita yang di dalamnya
terdapat sebuah kisah drama melankolis yang mengharuskan ada unsur puitis.
Namun, dalam hal nariasi atau pemaparan sebuah cerita, seorang pembaca akan lebih
asyik menyimak dalam segi bahasa yang lugas dan jelas atau terus terang itu,
tanpa harus menfsirkan isi dari sebuah narasi cerita. Jadi, pakailah bahasa
terus terang yang umum dipahami khalayak.
3. Perbanyak dialog.
Dalam sebuah penelitian, yang pernah Bang Mimin baca. Bahwa porsi dialog
berbanding narasi dalam sebuah cerpen atau pun novel berkisar 80 % : 20 %.
Pembaca menyukai karakter berdialog dengan sesamanya. Karena pembaca seakan
merasa dilibatkan dalam cerita tersebut.
Cerita lebih hidup dengan adanya interaksi dialog antar tokoh, sehingga membaca
sebuah cerita akan menjadi sebuah pengalaman yang mirip dengan menonton drama
atau sinema atau pun film secara langsung.
Narasi, umumnya diselipkan sekedar pengantar transisi antar adegan atau pun
dialog antar tokoh. Semisal, si tokoh hendak menyambangi seseorang atau akhir
dari dialog si tokoh sedang melakukan apa. Sehingga sebuah cerita akan lebih
terasa hidup, dan pembaca seakan terbawa oleh situasi para tokoh dalam cerita.
Pembaca bisa menjadi pasif oleh sebab kebanyakan narasi, di mana kisah melulu
diceritakan oleh narator (penulis). Sehingga yang ada jenuh duluan.
Penulis yang baik ibarat sutradara di belakang layar, tidak boleh berjejak di
dalam cerita. Biarkan karakter berinteraksi dengan pembaca lewat
dialog-dialognya.
4. Akhir cerita atau sering dikenal dengan Twist Ending.
Ini resep menulis yang tak pernah basi. Sebuah kejutan, atau akhir yang tak
terduga dari sebuah cerita. Sehingga memberikan jejak dalam ingatan pembaca.
Coba anda ingat-ingat kembali cerpen yang pernah dibaca. Dua cerita di atas
yang terbersit hampir pasti diakhiri kejutan.
The Necklace karya Guy de Maupasant, atau kisah Malinkundang tadi, contoh yang
bagus bagaimana kejutan yang sempurna mengakhiri sebuah cerita atau kisah.
Sempurna karena pembaca tidak bisa menduga, namun menerima kejutan itu masuk
diakal, tidak klise, apalagi diada-adakan atau pun kesan dan pesan di dalamnya.
Tanpa kejutan di akhir cerita, ibarat sayur tak bergaram. Hindari akhir cerita
yang datar, apalagi mengambang. Pembaca sering menyukai sebuah kejutan,
sehingga akan berkata, "Oh ..., ternyata ...." Sehingga akan membekas
dalam ingatan setiap pembacanya.
Sekian sedikit tips dari Bang Mimin, semoga bisa memberikan manfaat untuk sahabat
semua. Yuk, kita coba untuk membuat sebuah cerita yang berkualitas, sehingga
memberikan jejak yang sangat berarti bagi para pembaca. Jika ada kekuranga
dalam info ini, hanyalah sebuah kekurangan dari Bang Mimin dalam memaparkan
sebuah tips.
Akhir kata, salam semangat sukses selalu untuk sahabat semua ... kalian
istimewa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar