Dalam postingan sebelumnya, kita telah membahas dua langkah menulis cerita untuk pemula. Selanjutnya akan kita bahas langkah berikutnya, yaitu:
Langkah 3 : Membuat Paragraf Pembuka.
Membuat sebuah paragraf pembuka yang menarik, bisa disebutkan mudah tapi rumit, kenapa? Bukankah, menulis paragaraf pembuka itu mudah dan tidak rumit? Memang
benar, paragaraf pembuka itu bukan inti dari sebuah cerita. Tetapi, perlu
diingat bahwa paragaraf pembuka adalah penentu penting menarik atau tidaknya
sebuah cerita dibaca. Untuk itu ada baiknya kita bagikan Tips Membuat Paragraf
Pembuka Yang Menarik, sekedar sebagai referensi.
Tips Membuat Paragraf Pembuka Yang Menarik :
- Pertama, memberikan garis besar gambaran cerita. Ini dimaksudkan agar pembaca
terikat dari awal untuk membaca tulisan kita. Beberapa orang mengatakan bahwa
cara ini cukup berbahaya. Karena jika tidak bisa menuliskannya dengan baik,
maka akan membuat orang justru tidak tertarik membaca. Banyak orang tidak suka
membaca cerita yang sudah jelas. Nah, untuk menyiasatinya hanya garis besar
saja yang disajikan.
Contoh:
Tiada lain adalah Karina, seorang wanita blasteran Jawa-Sunda. Periang dan
pemalu sifatnya sejak kecil, entah apa alasannya dia sampai jatuh hati sama
sosok pemuda yang bernama Dudi Umari atau sering dipanggil Dodoy. Itulah sebuah
rahasia Tuhan dimana tak ada yang tak mungkin dengan kekuasaan-Nya. ( Catatan
Si Dodoy, Isa Mahesa, 2015 )
Kalimat pembuka itu jelas sudah menggambarkan bahwa cerita ini tentang
romantika kehidupan dan sebuah misteri perjalanan hidup seorang pria. Pasti
sudah mengusik penasaran. Siapa namanya? Apa yang terjadi?
- Kedua, sodorkan masalah dan konflik yang kemudian harus diselesaikan si
tokoh. Dengan disodorkannya konflik ini, maka pembaca akan penasaran untuk
mengetahui apa penyelesaiannya.
Contoh:
Raga akhirnya berjalan, setelah tadi berlari jauh mengejar pencopet tas seorang
ibu di persimpangan jalan Curah. Namun sayang, saat mengejar copet dia bertemu
gerombolan anak sekolah tawuran di depan sebuah mini market.
Dengan pembukaan seperti itu pembaca tentu akan bertanya, bagaimana
kelanjutannya? Apa yang akan terjadi jika Raga berhasil menangkap si copet?
Bagaimana seandainya terkena anak sekolah yang tawuran?
- Ketiga, memberikan sedikit ketegangan. Rasa tegang akan membuat pembaca
menjadi penasaran.
Contoh:
Terdengar suara ledakan di sebuah rumah, Raga terkaget beserta beberapa warga
yang sedang berkumpul tidak jauh dari sumber ledakan. Tidak berapa lama, sebuah
rumah tampak mengeluarkan asap dan perlahan api menjalar ke seluruh bangunan
rumah yang hanya berdindingkan anyaman bambu.
Ketegangan dan sedikit ngeri akan membuat pembaca bertanya. Siapa yang
meledakkan rumah? Apakah ada korban dalam ledakkan tersebut? Kenapa kenapa
rumah itu bisa meledak dan mengeluarkan asap?
- Keempat, menampilkan setting cerita.
Contoh:
Kalimaya terasa mencekam. Tak ada cahaya apapun selain cahaya bulan yang
menyembul dari balik dedaunan. Dinding rumah dari kayu kusam terlihat
menghitam, menimbulkan aroma mencekam. Bau wangi melati menyembul dari sebuah
rumah, membumbung tinggi dan terbawa angin, sebelum akhirnya seribu kerlip
cahaya terbang mendekat, dan menyerbu masuk ke rumah itu.
Tetapi hati-hati memakai setting sebagai pembuka. Karena bisa jadi akan
menimbulkan kesan monoton yang malah membuat pembaca tidak tertarik. Agar
semakin terbiasa, maka menulis, menulis dan terus menulis. Jangan pantang
menyerah dengan segala masukkan dari kanan kiri, anggap saja sebuah motivasi
agar lebih baik ke depannya.
Itulah sekelumit langkah dalam menulis cerita bagian ketiga ini. Untuk langkah berikutnya, simak dalam postingan selanjutnya nanti, ya. Jadi tunggu postingan berikutnya ... cekidot.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar