Jumat, 12 Januari 2018

Tips Menulis Cerita ( 3 )

Dalam postingan sebelumnya, kita telah membahas dua langkah menulis cerita untuk pemula. Selanjutnya akan kita bahas langkah berikutnya, yaitu:


Langkah 3 : Membuat Paragraf Pembuka.

Membuat sebuah paragraf pembuka yang menarik, bisa disebutkan mudah tapi rumit, kenapa? Bukankah, menulis paragaraf pembuka itu mudah dan tidak rumit? Memang benar, paragaraf pembuka itu bukan inti dari sebuah cerita. Tetapi, perlu diingat bahwa paragaraf pembuka adalah penentu penting menarik atau tidaknya sebuah cerita dibaca. Untuk itu ada baiknya kita bagikan Tips Membuat Paragraf Pembuka Yang Menarik, sekedar sebagai referensi.

Tips Membuat Paragraf Pembuka Yang Menarik :



- Pertama, memberikan garis besar gambaran cerita. Ini dimaksudkan agar pembaca terikat dari awal untuk membaca tulisan kita. Beberapa orang mengatakan bahwa cara ini cukup berbahaya. Karena jika tidak bisa menuliskannya dengan baik, maka akan membuat orang justru tidak tertarik membaca. Banyak orang tidak suka membaca cerita yang sudah jelas. Nah, untuk menyiasatinya hanya garis besar saja yang disajikan.

Contoh:
Tiada lain adalah Karina, seorang wanita blasteran Jawa-Sunda. Periang dan pemalu sifatnya sejak kecil, entah apa alasannya dia sampai jatuh hati sama sosok pemuda yang bernama Dudi Umari atau sering dipanggil Dodoy. Itulah sebuah rahasia Tuhan dimana tak ada yang tak mungkin dengan kekuasaan-Nya. ( Catatan Si Dodoy, Isa Mahesa, 2015 )

Kalimat pembuka itu jelas sudah menggambarkan bahwa cerita ini tentang romantika kehidupan dan sebuah misteri perjalanan hidup seorang pria. Pasti sudah mengusik penasaran. Siapa namanya? Apa yang terjadi?

- Kedua, sodorkan masalah dan konflik yang kemudian harus diselesaikan si tokoh. Dengan disodorkannya konflik ini, maka pembaca akan penasaran untuk mengetahui apa penyelesaiannya.

Contoh:
Raga akhirnya berjalan, setelah tadi berlari jauh mengejar pencopet tas seorang ibu di persimpangan jalan Curah. Namun sayang, saat mengejar copet dia bertemu gerombolan anak sekolah tawuran di depan sebuah mini market.

Dengan pembukaan seperti itu pembaca tentu akan bertanya, bagaimana kelanjutannya? Apa yang akan terjadi jika Raga berhasil menangkap si copet? Bagaimana seandainya terkena anak sekolah yang tawuran?

- Ketiga, memberikan sedikit ketegangan. Rasa tegang akan membuat pembaca menjadi penasaran.

Contoh:
Terdengar suara ledakan di sebuah rumah, Raga terkaget beserta beberapa warga yang sedang berkumpul tidak jauh dari sumber ledakan. Tidak berapa lama, sebuah rumah tampak mengeluarkan asap dan perlahan api menjalar ke seluruh bangunan rumah yang hanya berdindingkan anyaman bambu.

Ketegangan dan sedikit ngeri akan membuat pembaca bertanya. Siapa yang meledakkan rumah? Apakah ada korban dalam ledakkan tersebut? Kenapa kenapa rumah itu bisa meledak dan mengeluarkan asap?

- Keempat, menampilkan setting cerita.

Contoh:
Kalimaya terasa mencekam. Tak ada cahaya apapun selain cahaya bulan yang menyembul dari balik dedaunan. Dinding rumah dari kayu kusam terlihat menghitam, menimbulkan aroma mencekam. Bau wangi melati menyembul dari sebuah rumah, membumbung tinggi dan terbawa angin, sebelum akhirnya seribu kerlip cahaya terbang mendekat, dan menyerbu masuk ke rumah itu.

Tetapi hati-hati memakai setting sebagai pembuka. Karena bisa jadi akan menimbulkan kesan monoton yang malah membuat pembaca tidak tertarik. Agar semakin terbiasa, maka menulis, menulis dan terus menulis. Jangan pantang menyerah dengan segala masukkan dari kanan kiri, anggap saja sebuah motivasi agar lebih baik ke depannya.



Itulah sekelumit langkah dalam menulis cerita bagian ketiga ini. Untuk langkah berikutnya, simak dalam postingan selanjutnya nanti, ya. Jadi tunggu postingan berikutnya ... cekidot.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar